THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Rabu, 30 April 2008

Penggunaan Tanaman Pisang sebagai Penaung Sementara Kakao

Penggunaan tanaman pisang sebagai penaung sementara serta usaha-tani tanaman semusim sebagai pre cropping selama persiapan penaung, dapat mengisi kekosongan pendapatan pekebun sekitar 3 tahun. Tanaman jagung, sorgum, kacang tanah, atau kedelai menunjukkan B/C > 1 dan limbahnya positif untuk pertumbuhan kakao selanjutnya. Tanaman pisang ditanam pada jarak 3 x 6 m atau 6 x 6 m untuk kakao berjarak tanam 3 x 3 m. Kultivar pisang disarankan yang bobot tandannya besar dan laku di pasar. Sebaiknya tidak menanam Cavendish bila tempatnya kering sebab konsumsi air kultivar ini sangat kuat. Tiap rumpun pisang setiap saat cukup dipelihara tiga batang dengan pengaturan umur anakan berselang 5 bulan. Pemupuk-an, sanitasi, dan pengendalian hama/ penyakit pisang dilakukan sesuai baku teknis. Pemupukan dan pengaturan anakan penting untuk mencegah turun-nya bobot tandan antar generasi. Pem-berian minyak tanah 2,5 ml pada anakan yang dipotong dan ditugal tengahnya dapat membunuh tanpa mengganggu bonggolnya. Hasil buah pisang mulai dapat dipanen satu tahun kemudian, yaitu pada saat bibit kakao dipindah ke kebun, dan panenan berikutnya berselang 5-6 bulan tergantung pada umur tiap anakan. Pada tahun pertama pekebun dapat panen tandan dari generasi pertama, tahun kedua dapat panen dari generasi kedua dan ketiga, dan seterusnya. Tanaman pisang dibongkar setelah kakao memasuki tanaman menghasilkan, yaitu pada umur kakao 4 tahun. Limbah batang, pelepah, dan daun pisang dapat me-nyumbang unsur hara, maka sebaik-nya dikembalikan ke kebun untuk mulsa kakao. Pola tanam demikian ter-bukti tidak mengganggu pertumbuhan kakao dan pekebun tidak mengalami kekosongan sumber penghasilan. Teknologi ini sudah dilaksanakan pada perkebunan besar di Jawa Timur.



SeLamAT dAtaNg di chOcOlatOE's ZoNe

teknik penyambungan kakao


Perbanyakan kakao lindak selama ini dilakukan secara generatif menggunakan benih. Perbanyakan secara generatif ini lebih mudah dan sederhana, namun populasi tanaman yang dihasilkan bervariasi, baik dalam hal ukuran buah, warna buah dan kemampuan berproduksi karena tanaman kakao pada umumnya bersifat menyerbuk silang. Untuk mendapatkan keseragaman sifat dalam populasi tanaman, dapat ditempuh dengan dengan perbanyakan secara vegetatif. Disamping itu, dengan metode perbanyakan ini dapat dilakukan perbaikan tanaman, misalnya peningkatan mutu biji kakao dengan memanfaatkan klon-klon unggul yang tersedia untuk memperoleh ukuran biji besar dan kadar lemak tinggi.
Perbanyakan vegetatif pada kakao meliputi okulasi, sambung pucuk, stek dan cangkokan. Di dalam praktek, okulasi merupakan cara perbanyakan vegetatif yang lazim diterapkan. Meskipun hemat dalam pemakaian entres (satu tanaman hanya memerlukan satu mata entres saja), akan tetapi pertumbuhan tunas hasil okulasi pada awalnya lambat dan tidak seragam karena mata entres sering mengalami dorminasi. Sehingga untuk menghasilkan bibit klonal dari okulasi diperlukan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 9 bulan. Selain itu batang bawah maupun tunas baru hasil okulasi memerlukan perawatan dan perlakuan intensif. Sambung pucuk merupakan metode alternatif yang perlu dipertimbangkan penerapannya karena lebih efisien dalam pelaksanaan maupun waktu.