THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Sabtu, 31 Mei 2008

2010, Lutra Produksi 220 Ribu Ton Kakao Per Tahun

MAKASSAR - Produksi kakao di Kabupaten Luwu Utara (Lutra), Sulawesi Selatan, yang saat baru sekitar 55.000 ton/tahun akan naik menjadi 160.000 sampai 220.000 ton tahun 2010 mendatang.

Kita sedang menggalakkan gerakan intensifikasi kakao untuk menaikkan angka produktivitas kebun-kebun kakao di daerah ini, kata Bupati Lutra, Mufti Lutfy di Masamba, Kabupaten Lutra, sekitar 500 km Utara Makassar yang dihubungi dari Makassar, Senin.

Lutra saat ini memiliki areal kebun kakao sekitar 55.000 hektare, namun produktivitasnya masih sangat terbatas yakni baru sekitar satu ton/ha.

Gerakan intensifikasi kakao ini ditempuh dengan melatih petani menerapkan teknologi perkakaoan mulai dari cara memupuk, menyambung batang, peremajaan tanaman, memberantas hama, menangani panen dan pasca panen.

Untuk mendukung prograqm itu, Bank Indonesia mengucurkan kredit melalui Askrindo khusus sebesar Rp100 miliar untuk disalurkan kepada petani kakao setempat.

Pinjaman yang diharapkan cair tahun 2007 ini akan dikelola kelompok-kelompok petani kakao di daerah ini dengan pengawasan pemerintah daerah. Pihaknya sedang menyosialisasikan penyaluran dana itu bagi peningkatan produksi kakao dan kesejahteraan petani.

Tahun 2003 lalu, produksi kakao di daerahnya mengalami penurunan sekitar 15 persen akibat bencana banjir yang menggenangi puluhan ribu hektar lahan kakao yang siap panen. Karena itu, ke depan ini akan dilakukan peremajaan dan penyambungan batang kakao produktif dengan menggunakan teknologi yang akan memproduksi kakao berkualitas dengan standar mutu pasar mancanegara.

Lutra, salah satu daerah penghasil kakao terbanyak di Sulsel akan menjadi produsen kakao terkemuka di Indonesia bahkan dunia setelah pantai Gading, Afrika, ujarnya.

Mengenai tenaga penyuluh kakao dari instansi terkait tingkat Pemprov Sulsel yang sering ke daerahnya untuk melakukan penyuluhan, Lutfy berharap agar pihak Pemprov mengirim penyuluh yang dan menguasai teknologi perkakaoan.

Jangan kirim penyuluh yang tidak punya pengalaman karena yang akan disuluh ini adalahj petani yang sudah punya pengetahuan yang cukup baik tentang permasalahan perkakaoan, ujarnya.

Kadang-kadang petani kakao tidak puas dengan penyuluhan yang diberikan tenaga yang direkomendasikan Pemprov Sulsel sebab petani sudah mengetahui hal itu bahkan tidak jarang ada penyuluh yang justru menimba pengalaman dari petani. Ini kan lucu, ungkapnya.

Kondisi seperti ini akan merugikan semua pihak termasuk Pemkab setempat yang membayar honorarium mereka. (kpl/rit)

0 komentar: